Selasa, 16 Juni 2009

Anti Pemiskinan Sebatas Jargon

Seremoni anti pemiskinan yang berlangsung terkesan cuma basa-basi belaka, penuh retorika dan meninggalkan semangat mengentaskan kemiskinan itu sendiri. Karena tidak menyentuh substansi masalah yang dihadapi oleh rakyat yaitu soal sandang, pangan, pendidikan murah, kesehatan maupun isu anti korupsi.

Padahal, masyarakat dimiskinkan akibat terjadinya 'selingkuh' korupsi oleh birokrasi negara dan di bidang lain terjadi eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) oleh pengusaha-pengusaha. Dalam konteks Indonesia melakukan itu, dibuat pula agar masuk Museum Rekor Indonesia atau MURI, dan ini pertanda semangat semangat anti pemiskinan sekadar komoditas publikasi.

Sebagai isu maka anti pemiskinan itu harusnya tercermin pada komitmen kuat untuk melawan pemiskinan struktural negara. Makanya, pembangunan harus merata dan negara lebih menitikberatkan membuat prioritas kongkrit untuk mengeluarkan rakyat dari kondisi miskin tersebut.

Secara struktural globalisasi adalah awal pemiskinan global dan telah meminggirkan penduduk-penduduk miskin ke jurang terdalam. Perkembangan globalisasi telah menimbulkan proletariat baru, terutama dari kalangan penduduk-penduduk miskin. Mereka adalah orang miskin pengetahuan sehingga rentan menjadi korban penggusuran-penggusuran. Fakta cermin sosial, Pedagang Kaki Lima (PKL) digusur tetapi supermarket tumbuh subur, rakyat miskin dilibas, gedung megah berdiri bebas. Kemudian, dalam konteks lain tanah untuk rakyat dilahap habis untuk kepentingan pemodal. Lalu, tata ruang diakal-akali untuk menjadi tata uang.

Salah satu lagi akar permasalahan kemiskinan adalah pertambahan penduduk yang begitu pesat. Sementara, kejadian alam seperti perubahan iklim dan musim yang mengakibatkan banjir serta kekeringan, kerusakan ekologi yang luar biasa dan bencana alam justru tidak teratasi dengan baik. Korbannya dalam kasus-kasus tersebut senantiasa rakyat yang tidak dapat akses memadai atas 'kue' pembangunan selama ini. Oleh karena itu, untuk mengatasinya maka pendidikan rakyat harus dimaksimalkan dan mendapat prioritas utama serta biaya pendidikan yang murah.

1 komentar:

  1. abot tenan postinganipun
    dari A - z kemiskinan menjadi treding paling komplek di mana - mana
    urban pooring - rural pooring
    memiliki entitas yg berkarakteristik berbeda-beda.
    hakekatnya seperti " menggunting dalam lipatan " (ini analogi dari para intelektual kelas terpelajar) hahaha..
    pemberdayaan ( empowering,enlighten,capacity building ) perlu digalakan sejak dini,kecenderungan masyarakat kita lebih terlanjur berada pada garis aman, cita2 jadi apa le? jadi dokter,ensiyur dll..hahaha..but anyway kemiskinan di negara kita sudah ada sejak jaman kolobendu,londo sampai jepang..apa ini menjadi turunan yang secara sahih menjadi kutukan..saya rasa tidak, negara kita kaya hanya saja eror dlm manajerialnya..semua terpangku tangan pada materi individu,kedaerahan,dogmanisme dll..ekonomi kerakyatan hanya dibangun dalam konteks lokal dengan managemen global..revolusi komunikasi menjadi kita masyarakat kurang produktif dan cenderung kurang kreatif..seperti pepatah kaum working clan ayo bergerak dengan kemampuan kita aliat do it yourself (berdayakan dirimu ke segala bidang ). di tulis dlm kondisi stuck sidoarjo/1/7/2011

    BalasHapus